Miliki Tanggung Jawab Moral, Kampus Bentuk Tim Sejarah
REKTOR Unija Dr. Sjaifurrachman, S.H., C.N., M.H (kanan) saat memimpin rapat koordinasi di Ruang Rapat Rektorat Unija.

Upaya Unija Mengungkap Jejak Arya Wiraraja sebagai Raja Pertama di Sumenep (1)

Miliki Tanggung Jawab Moral, Kampus Bentuk Tim Sejarah

Kiprah Arya Wiraraja dalam membabat Sumenep (1269-1292) sebagai kadipaten selalu menarik untuk didiskusikan. Hanya saja, referensi yang ada mengenai raja pertama di kabupaten ujung timur Madura itu kurang memadai. Berikut catatan Tim Penyusun Buku Sejarah Universitas Wiraraja (Unija) dalam menguak jejak raja pertama di Sumenep.

 

Sumenep, Tim Sejarah Unija

MEMILIKI catatan mendalam mengenai peran Banyak Wide (nama lain Arya Wiraraja) saat menjadikan Sumenep sebagai kadipaten menjadi keinginan tersendiri bagi Unija. Selain karena Unija adalah kampus terbesar di Kota Sumekar yang menjadi tolok ukur bagi kampus-kampus lain, kampus tersebut juga menyandang nama Arya Wiraraja sebagai kepanjangannya.

Alasan itulah yang menjadi pelecut bagi Unija untuk juga terlibat dalam menganalisis kiprah Arya Wiraraja. Apalagi, Unija sebagai institusi pendidikan tinggi, tentunya juga memiliki tanggungjawab moral dalam melihat sejarah dalam kajian akademik.

"Kami ingin punya catatan lengkap mengenai Arya Wiraraja, terutama saat menjadi raja Sumenep," kata Rektor Unija Dr. Sjaifurrachman, S.H., C.N., M.H dalam rapat koordinasi bersama Wakil Rektor I, II, dan III serta Tim Sejarah Unija di Ruang Rapat Rektorat Unija 8 September 2020.

Sebelumnya, Kampus Cemara (sebutan lain Universitas Wiraraja) juga pernah menurunkan tim sejarah untuk mengugkap peran raja yang berkeraton di Timur Laut Pulau Madura (sekarang Kecamatan Batuputih), tapi dari hasil yang diperoleh di lapangan masih perlu dilengkapi.

"Selain kiprah Arya Wiraraja di Sumenep, tim juga harus bisa mengungkap mengenai siapa Arya Wiraraja, termasuk alasan kenapa diberi nama Arya Wiraraja," pinta Sjaifurrachman.

Ketua Tim Sejarah Unija Dr. Mohammad Hidayaturrahman, M.I.Kom menyatakan kesiapannya untuk kembali turun ke lapangan. Dia bersama anggota tim yang sudah dibentuk berupaya untuk melengkapi catatan terhadap kiprah Arya Wiraraja yang sebelumnya sudah dibukukan.

Menurut Dayat, sebelum hasil temuan di lapangan kembali dibukukan, maka harus didiskusikan terlebih dahulu. "Bisa melalui FGD (Focus Group Discussion) nantinya," katanya.

Dengan FGD, lanjut Dayat, maka temuan di lapangan dapat dilengkapi dengan data maupun informasi dari peserta diskusi, sehingga tim akan mengetahui letak kekurangannya.

Tim penyusun buku sejarah yang dibentuk Unija kali ini beranggotakan dari para dosen, tenaga pendidik, dan tokoh pers, antara lain Kadarisman, S.Pd., M.Pd., Moh. Firli Pranata, S.E., M.Ak., Uwais Gharni Hamdalah, S.Kep., Moh. Baqir Ainun, S.E., M.Ak., dan Zarnuji, S.I.Kom., M.Med.Kom., tokoh pers Madura.

Tim tersebut akan memulai aktivitasnya dari pengumpulan referensi sejarah Arya Wiraraja, kemudian dilanjutkan dengan menemui tokoh-tokoh yang dianggap mengetahui kiprah raja tersebut, dan mengamati peninggalan-peninggalannya. (bersambung/nji).