Menjawab Tantangan Zaman, Landasi Pendidikan dengan Keimanan
Wakil Dekan II FKIP Unija Ach. Puniman. S.Pd., M.Pd.

Menjawab Tantangan Zaman, Landasi Pendidikan dengan Keimanan

“FAKULTAS Keguruan dan Ilmu Pendidikan”. Sesuai dengan nama dari fakultas tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat menjadi tenaga pendidik di masa yang akan datang. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua mahasiswa di fakultas tersebut memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi seorang guru. Menurut pengertian, pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa dapat ditemukan melalui pendidikan. Semakin maju pendidikan suatu bangsa maka semakin cerah dan terarah juga kesejahteraan masyarakat dari suatu bangsa itu sendiri. Dengan begitu dapat juga sebagai pengontrol sejauh apa masyarakat dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan memiliki tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Setiap langkah pembangunan selalu di upayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan jaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru di dalam dunia pendidikan, yang terkadang tidak dapat diramalkan sebelumnya.

Pendidikan bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan potensi dirinya. Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya membahas tentang manusia dan pendidikan.

Pendidikan Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, “Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Melalui proses pembelajaran, beragam manfaat dapat didapatkan oleh peserta didik. Manfaat-manfaat tersebut meliputi pengembangan kemampuan dan potensi, serta pembentukan watak. Pembentukan watak yang dimaksud adalah kreatif, cakap, mandiri dan bertanggungjawab. Saat ini, proses pembelajaran banyak mengalami perkembangan, salah satunya adalah metode belajar di rumah.

Setelah munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistem pendidikan pun mulai mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Setiap institusi pun dituntut untuk memberikan inovasi terbaru untuk membentuk proses pembelajaran yang sangat efektif ini. Sayangnya, tak semua institusi pendidikan rupanya paham betul mengenai inovasi terbaru yang harus dipakai untuk melakukan pembelajaran selama pandemi. Kebanyakan dari mereka masih belum bisa menyesuaikannya karena terkendala sarana dan prasarana. Dengan Beberapa ahli sudah menggodok tentang metode pembelajaran yang cocok selama pandemi diantaranya :1.Project Based Learning, 2. Daring Method, 3. Luring Method, 4. Home Visit Method, 5. Integrated Curriculum, dan 6. Blended Learning. Mengingat wabah pandemi yang tidak tahu pasti kapan berakhirnya, beberapa metode pembelajaran diatas mungkin bisa dijadikan opsi untuk para pendidik. Dengan adanya metode-metode tersebut, diharapkan agar pendidikan di Indonesia tetap berjalan dengan baik dan lancar.

Saat ini tidak dapat dipungkiri lahirnya sebuah era yang disebut sebagai the Age of Knowledge Abundance (zaman keberlimpahan ilmu pengetahuan dan teknologi) oleh Professor James Duderstadt, dimana zaman yang tidak mampu menjawab krisis kemanusiaan,  krisis ekonomi,  krisis moral, krisis politik, dan krisis generasi.  Produksi teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini berkembang dengan pesat, namun tidak mampu menciptakan dunia lebih baik, manusia terus-menerus memproduksi ilmu pengetahuan. Dengan adanya sekulerisasi pendidikan dan kekeliruan dalam penerapan sistem pendidikan, yang berakibat pada tidak munculnya di tengah-tengah umat pakar ilmu pengetahuan yang arif, pemimpin yang ikhlas, para mujtahid, dan fuqaha, ahli tafsir, ahli teknik, dan yang mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan terhadap Allah dan Rasul-Nya.(*)