ARISYA Dinda Nurmala Putri begitulah nama panjang perempuan kelahiran 03 Maret 2000 silam ini. Ia lahir dari pasangan keluarga sederhana di Desa Talang, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep sebuah pedesaan yang masih asri.
Saat beranjak dewasa, bagi si sulung dari dua bersaudari ini, tidak mudah lahir sebagai seorang perempuan ditengah masyarakat yang masih kental akan kultur patriarki. Pikirannya kala itu, masa depannya setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) akan sama seperti perempuan dalam masyarakat konservatif pada umumnya yaitu menjadi penghuni dapur.
Namun, sebagai manusia dalam hati kecil perempuan yang akrab disapa Dinda ini tertulis sebuah harapan, bahwa kelak dirinya akan mendapatkan haknya untuk mendapatkan kesempatan luas dalam belajar, seperti yang dibilang Pahlawan Nasional salah satu wartawan perempuan pertama di Indonesia Rohana Kudus "perempuan harus mendapatkan pendidikan dan perlakuan baik,"
Nampaknya, semesta sedang bermurah hati dan tidak mau membiarkan masa depan hambanya tertutup awan gelap. Akhirnya dengan tekad penuh keberanian ia mendaftarkan diri pada 2018 lalu masuk Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil di kampus swasta terbaik Madura.
Sejak saat menginjakkan langkah kaki di alam kehidupan kampus itulah, bayangan tentang suramnya masa depan perempuan tiba-tiba sirna. Seakan ada cahaya yang menembus tembok beton patriarki. "Bagi saya Universitas Wiraraja adalah gerbang menuju kebangkitan perempuan," katanya
Wiraraja sebagai institusi pendidikan menyediakan apa yang ia butuhkan tanpa diskriminasi. Mulai dari kelengkapan pengembangan minat dan bakat melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM), organisasi intra kampus, hingga organisasi ekstra kampus, sebagai wadah baginya untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menyuarakan haknya sebagai perempuan.
Ketepatannya memilih Universitas Wiraraja inilah yang kemudian mengantarkan ia menjadi perempuan populer karena kelantangannya berorasi di mimbar-mimbar demontrasi. Kalau di level nasional menuju kemerdekaan populer nama HR Rasuna Said perempuan yang dijuluki "Singa Betina" karena orasi menggelegar membuat Pemerintah Kolonial merinding. Arisya Dinda Nurmala Putri adalah Singa Betinanya Kota Keris.
"Semua asupan intlektual, kecerdasaan, keberanian dalam mengutarakan pendapat, saya dapatkan dari Universitas Wiraraja," jelsanya
Perlahan tapi pasti perempuan gesit, Kader PMII Wiraraja dan Front Aksi Mahasiswa Sumenep (FAMS) ini terus melangkah maju merah mimpi. Di kampus tercintanya, ia mengawali karir keorganisasian sebagai, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil hingga mengantarkannya sebagai PJ Koordinator Sub Wilayah Surabaya Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia(FKMTSI) Regional IX Jawa Timur.
Bahkan tidak sekedar itu, Ia menjadi perempuan pertama di Kabupaten Sumenep dalam forum One Billior Rising Nasional Solidarity (OBR), yang berkesempatan menyampaikan pandangannya bersama perempuan-perempuan lainnya di seantero negeri. Ia sudah malang melintang sebagai pemateri di berbagai kegiatan, terakhir Ketua Rayon PMII Ir Soekarno ini semeja dengan Komisioner Komnas Perempun Republik Indonesia, dalam peringatan Hari Kartini sebagai pemateri.
Baginya, satu hal yang tidak akan pernah disesali dan banggakan dalam sejarah hidupnya yaitu, memilih Universitas Wiraraja sebagai jalan merah mimpi. Karena dari situlah dirinya bisa terbang meraih mimpi dan berkontribusi kepada bangsa dan negara sesuai Tridarma Perguruan Tinggi. Hingga sebagai perempuan tidak lagi tersubordinasi. "Bagi Perempuan sepertiku dan seleruh perempuan di Sumenep, Universitas Wiraraja adalah salah satu yang membuat mimpi menjadi nyata," tutupnya.(*)