PANGAN HERBAL SEBAGAI PENJAGA IMUNITAS SELAMA PANDEMI COVID-19
Dosen R. Amilia Destryana, M.P., MS (tengah)

PANGAN HERBAL SEBAGAI PENJAGA IMUNITAS SELAMA PANDEMI COVID-19

SEPERTI kita ketahui, coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis kesehatan global saat ini. Per tanggal 12 Maret 2021, tercatat sudah lebih dari 1,4 juta kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, dengan jumlah kematian sebanyak 38 ribuan (Sumber: Kementerian Kesehatan RI). Telah banyak ulasan dan penelitian yang berupaya untuk mengetahui tanda, gejala, serta penggunaan terapi diet maupun konsumsi tumbuhan herbal sebagai pendekatan dalam pencegahan Covid-19. Sebelum vaksin dan obat penyakit ini masih dalam tahap pengembangan, banyak masyarakat yang melakukan pendekatan dengan terapi makanan maupun tumbuhan herbal.

Berbagai ulasan ilmiah memaparkan bahwa beberapa makanan dan tumbuhan herbal memiliki kemampuan sebagai antivirus sehingga dapat berpotensi dapat melawan SARS-CoV-2 dan mengurangi resiko terjadinya infeksi oleh virus ini. Meski belum terbukti secara saintifik, pendekatan ini dilakukan dengan dasar sebagai upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh manusia. Makanan dan tumbuhan herbal ada yang digunakan sebagai terapi diet atau terapi pelengkap untuk mencegah infeksi dan memperkuat kekebalan tubuh. Beberapa menambah bawang putih dan lemon sebagai pelengkap pada pola dietnya. Bawang putih memang terkenal sebagai salah satu superfood, karena kandungan senyawa bioaktifnya yang berperan sebagai anti-bakteri, anti-oksidan dan anti-inflamasi. Selain menambahkan pangan herbal dalam makanan, ada juga yang mengonsumsi ramuan herbal atau jamu dalam kehidupan sehari-hari.

Kunyit, jahe, jahe merah, sereh, jeruk nipis dan kayu manis menjadi tumbuhan herbal yang sering diramu dan kemudian dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai upaya meningkatkan kekebalan tubuh selama kondisi pandemi Covid-19. Selain terapi diet, ada pula yang menggunakan minyak atsiri (essential oils) sebagai agen antivirus pada permukaan masker dengan cara topical/dioleskan dan sebagai disinfektan udara untuk mengurangi penularan aerosol. Minyak atsiri yang banyak digunakan adalah minyak kayu putih (Eucalyptus globulus)  dan minyak kayu manis (Cinnamomum zeylanicum), minyak ini memang dilaporkan berpotensi meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap penyakit menular.

Sterilisasi udara dengan cara menguapkan minyak atsiri tanpa merusak kesehatan manusia bisa menjadi salah satu cara preventif dalam menghadapi Covid-19. Meski, masih perlu penelitian untuk mengetahui konsentrasi minyak esensial minimun yang diperlukan dalam penghambatan SARS-Cov-2. Dengan demikian, terapi diet dan pengobatan herbal bisa menjadi terapi pencegahan komplementer untuk Covid-19. (*)