Lebih Dekat dengan Peserta PKKMB 2024 dari Timor Leste, Biaya Makanan Lebih Mahal (2-Habis)
Lima mahasiswa asal Timor Leste berpose dengan mengenakan jas almamater kebanggaan di salah satu areal parkir Universitas Wiraraja, 22 Agustus 2024.

Lebih Dekat dengan Peserta PKKMB 2024 dari Timor Leste, Biaya Makanan Lebih Mahal (2-Habis)

Perlakuan ramah tak hanya ditunjukkan mahasiswa pribumi, peserta PKKMB 2024 asal luar negeri juga mendapat pelayanan yang maksimal dari pihak Universitas Wiraraja Madura.

Seperti halnya lima mahasiswa dari Timor Leste yang ikut Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru 2024. Mereka disediakan asrama selama kuliah di Kampus Cemara.

Kelima mahasiswa dari Bumi Loro Sae itu antara lain Santina Baros Pereira dan Marina Sonia da Silva, keduanya dari Provinsi Bacau. Selain itu, Sandra Nobel Pinto dari Provinsi Viqueque.

Kemudian Jocob Nuno da Costa dan
Gilman Oquinho da Costa. Kakak beradik ini angkatan 2023/2024 yang baru ikut PKKMB tahun ini. Keduanya dari Kabupaten Maubessi, Provinsi Ainaro, Timor Leste.

Kelima mahasiswa dari negara dengan Ibu Kota Dili itu berada di satu kompleks asrama yang disediakan pihak kampus dengan mahasiswa asing lainnya yang sudah lebih dahulu kuliah di Unija. 

Asrama Universitas Wiraraja berlokasi di Jalan Akasia, Desa Pangarangan, Kecamatan Kota. Atau di belakang Lapangan Giling, Sumenep.

Santina Baros Pereira mengatakan, harga makanan di Sumenep lebih mahal dibandingkan dengan harga di kotanya. "Kami di asrama kalau makan kadang beli, kadang masak. Kalau beli, kami beli di Bangkal di sekitar simpang tiga arah ke jalan menuju asrama," tuturnya. 

Perempuan yang masih terbata-bata berbahasa Indonesia itu kemudian membandingkan harga beras di Kota Sumenep dengan Kabupaten Laga, tempat kelahirannya yang menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat.

"Kalau di tempat kami, harga beras per 25 kilogram hanya sekitar Rp 150 ribu. Kalau di sini (Kota Sumenep) lebih mahal," ungkapnya. 

Di Kota Sumekar, harga beras di toko/ pengecer dengan merek Sania per 5 kilogram Rp 75 ribu dan merek Ikan Paus per 5 kilogram Rp 70 ribu. "Kadang kami juga nanak sendiri. Piring dan alat masak juga ada di asrama," katanya.

Sama seperti mahasiswa lainnya yang ngekos, mereka juga dikirimi uang jajan oleh orang tua masing-masing. "Iya setiap bulan kami dikirimi uang," timpal Marina Sonia da Silva.

Walaupun harus berjauhan dengan keluarga, namun mereka senang bisa berkuliah di Kampus Cemara. "Pesan dari orang tua untuk selalu jaga kesehatan dan hati-hati," tutur Sonia.

Ditanya soal ketertarikannya dengan mahasiswa pribumi untuk dijadikan pacar, Santi, sapaan Santina Baros Pereira sontak menimpali. Menurutnya tidak mudah mencari pasangan yang berasal dari masyarakat Madura khususnya, karena beda keyakinan. "Sulit mencari cowok di sini. Biar kami fokus mencari ilmu dulu," sergahnya. (fir/nji)