TULISAN ini tidak menjelaskan mengenai biografi Banyak Wide (nama lain Arya Wiraraja), adipati yang membabat Sumenep (1269-1292). Tulisan ini juga tidak membahas soal perkembangan pesat Universitas Wiraraja meski banyak prestasi yang ditorehkan.
Tapi ketika mencermati keduanya memiliki kesamaan. Tidak hanya pada kesamaan nama "Wiraraja" saja, melainkan juga mengenai spirit perjuangan untuk memberikan yang terbaik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara etimologis, "Banyak" merupakan nama yang disandang kaum Brahmana, sedangkan "Wide" berasal dari kata "Widya" yang berarti pengetahuan. Jadi nama Banyak Wide memiliki arti, seseorang dari kaum brahmana yang memiliki pengatahuan luas atau cerdik. (https://id.m.wikipedia.org)
Kecakapan dan kecerdikan itulah yang mengantarkan Banyak Wide menjadi Babatangan (Penasehat Kenegaraan) pada masa pemerintahan Kertanegara di Kerajaan Singhasari. Di usianya yang masih muda, dia sudah menduduki jabatan strategis, yaitu sebagai penasehat raja.
Begitu pun ketika ditugaskan menjadi Adipati Sumenep saat berumur 37 tahun, pria yang diberi gelar Arya Wiraraja (pemimpin yang berani) itu tetap menjalin hubungan dengan petinggi kerajaan. Hubungan itu tidak hanya dibangun dengan petinggi kerajaan di nusantara, tapi juga meluas hingga ke negeri asing, seperti kekaisaran Mongol.
Hubungan baik dengan kekaisaran Mongol tidak hanya dimaksudkan untuk kepentingan politik, tapi juga kepentingan ekonomi. Hal itu dapat dilihat dari upaya Arya Wiraraja menjadikan Kadipaten Sumenep sebagai pelabuhan dagang yang penting, sehingga berdampak signifikan pada kemajuan perekonomian di daerah ujung timur Madura.
Pentingnya menjalin dan menjaga relasi itulah yang juga diteladani Universitas Wiraraja. Kampus yang pada 2020 sudah menginjak 34 tahun itu terus menggencarkan kerjasama dengan berbagai pihak. Mulai dari sesama perguruan tinggi, perusahaan, dan pemerintah. Hal itu dilakukan semata untuk dapat mengembangkan Universitas Wiraraja lebih baik dan bisa memberikan kontribusinya dalam kemajuan dunia pendidikan.
Kalau dulu Arya Wiraraja harus mengatur siasat perang untuk menjatuhkan kekuasaan Kertanegara sebagai Raja Singhasari pada 1292, tapi Kampus Cemara (sebutan lain Universitas Wiraraja) sekarang cukup dengan berbenah dari segala bidang dan memanfaatkan komunikasi digital untuk mengukuhkan eksistensinya sebagai kampus swasta terbaik di Madura. Tidak perlu "berperang" ke medan tempur, tapi Bagian Humas Universitas Wiraraja hanya memberikan informasi terkait pencapaian kampus dari dalam ruangan. (*)