Siapa tak kenal Aria Wiraraja, seorang Adipati Sumenep yang juga ahli siasat asal Singasari. 24 tahun memerintah Kadipaten Sumenep, Aria Wiraraja membangun relasi dengan banyak kerajaan di nusantara, termasuk juga kerajaan Mongol (babat para raton). Eksklusif Hari Jadi ke-752 Sumenep 2021.
Sebagai seorang Adipati, Aria Wiraraja begitu dicintai para prajuritnya. Hingga saat dia kembali ke Majapahit, banyak penduduk lokal Sumenep mengikuti jejak sang Adipati tentu dengan segala bekal materi maupun non-materi.
Kembalinya Aria Wiraraja beserta penduduk lokal Sumenep ke Majapahit barang tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana mereka hidup berdampingan dengan penduduk lokal Majapahit?
Berpindahnya penduduk Sumenep ke Majapahit ternyata bukan hanya perkara perpindahan manusia, namun juga budaya yang dibawanya termasuk bahasa. Penduduk lokal Sumenep membawa serta bahasa Madura sebagai alat komunikasi mereka di Daerah Majapahit. Hidup berkoloni hingga beranak pinak di tempat baru membuat Bahasa Madura berkembang dan menjadi identitas RAS.
Perkembangan Bahasa Madura di Daerah Majapahit (yang saat ini dikenal dengan nama Lumajang) masih dengan mudah kita jumpai. Bukti autentik bila kita berkunjung ke Kecamatan Klakah dan Pasirian. Mayoritas alat komunikasi penduduk asli daerah tersebut adalah Bahasa Madura, sekalipun nenek moyang mereka bukanlah penduduk Madura.
Perpindahan manusia pada saat yang sama secara langsung menimbulkan migrasi bahasa. Atas bijaknya Aria Wiraraja, Bahasa Madura berkembang di Daerah Jawa yang notabene memiliki bahasa lokal, yaitu Bahasa Jawa. (*)